Terkadang sulit dipahami ketika seseorang ragu-ragu untuk melangkah, padahal di awalnya memiliki niat yang sangat kuat untuk mengerjakannya. Tiba-tiba saja ada perasaan tidak nyaman, ragu-ragu dan merasa bahwa apa yang akan dilakukan itu ternyata dapat ditunda di lain waktu. Ternyata memang ada sesuatu di balik keraguan itu. Bisa jadi dengan menunda langkah justeru seseorang akan mendapatkan situasi yang lebih baik dibandingkan bila langkah itu dilanjutkan. Ada yang mengatakan kalau perasaan semacam ini disebut dengan “firasat”, yang biasanya banyak hinggap pada wanita.
Firasat, ada yang mengatakan sama dengan intuisi ? Permasalahannya adalah bagaimana menggunakan intuisi ini untuk hal yang lebih baik ? Tapi sebelumnya tiada salah bila kita tahu lebih dulu tentang definisi intuisi secara umum bahwa, “Intuisi adalah kekuatan yang dengan cepat menyadari bahwa “sesuatu” itu adalah kasusnya. Hal tersebut dilakukan tanpa intervensi dari berbagai proses yang masuk akal. Tidak ada langkah-langkah induktif atau deduktif yang masuk akal. Tidak ada analisa yang wajar dari situasi tersebut, tidak ada bantuan dari imajinasi. Hanya sekilas dan tiba-tiba muncul. Anda hanya tahu ada yang tidak sesuai.”
Saat tingkat peradaban manusia semakin meningkat dan kebutuhan untuk segera menyelesaikan setiap permasalahan dengan cepat juga semakin besar, maka kekuatan intuisi ini menjadi satu hal yyang tidak boleh diabaikan. Bisa dipastikan bahwa intuisi merupakan sebuah kebutuhan, karena tidak semua persoalan atau masalah dapat dijelaskan dengan logika. Intuisi ini mampu “mengamankan” seseorang dari “kehancuran” dirinya. Boleh dikatakan intuisi ini juga merupakan “alarm” pada diri seseorang yang akan menyelamatkannya dari ketidakberesan.
Sementara hubungan antara intuisi dan emosi , kedua-duanya memiliki sumber yang dekat sekali di kedalaman otak. Mungkin sekali syaraf-syarafnya saling bersilangan. Emosi yang negatif dari ketakutan dan kegelisahan bisa mengekspresikan dan muncul dalam intuisi. Seorang penumpang yang gugup mungkin mempunyai intuisi bahwa penerbangannya ke Paris akan mengalami kecelakaan dan ia pindah pesawat lain. Tingkat keberhasilan dari intuisi kegelisahan ini bisa dikatakan rendah. Emosi yang positif juga bisa menghasilkan intuisi yang diharapkan. Seorang laki-laki dan perempuan yang sedang jatuh cinta bisa memiliki intuisi tentang karakter dari kekasih yang dicintainya, yang berubah menjadi irasional.
Seorang pemikir yang mengandalkan hanya pada intuisi , sebagaimana dilakukan oleh banyak pemikir yang efektif, harus sehat secara fisik dan emosional. Stres dan kelelahan pikiran atau tubuh bisa menyebabkan malapetaka dalam intuisi para pemikir yang memahami dengan cepat situasi yang sebenarnya. Para pendaki gunung menyadari bahwa keputusan yang diambil dalam kondisi lelah sangat tidak berkualitas. Kalau anda lelah, yang terbaik adalah berpikir secara logis apa yang harus dilakukan, dan tidak mengandalkan intuisi anda.
Di antara Area yang mengunakan intuisi untuk pengambilan keputusan, sebagai berikut:
• Corporate Strategy Planning 79,9%
• Human Resources Development 78,6%
• Marketing 76,8%
• Research & Development 71,6%
• Finance 31,1%
• Production & Operation 27,7%
Dari ilustrasi di atas, nampak bahwa untuk aspek yang mudah dikuantifikasi seperti bidang keuangan, produksi dan operasi jarang sekali menggunakan intuisi sebagai landasan membuat keputusan.
Mengambil keputusan berdasar intuisi adalah merupakan ketrampilan yang dapat dipelajari dari pengalaman, yang diperoleh dari proses berpikir, dengan cara mengolah informasi yang akurat dan relevan.
Untuk Anda yang tengah merasakan adanya kekuatan intuisi, maka jadikan ia sebagai energi positif untuk mempertajam mata hati (bashiroh) agar apapun yang dilakukan merupakan sesuatu yang sudah Anda “lihat” terlebih dahulu sebelum orang lain melihatnya, walaupun terkadang tidak mudah untuk dipahami orang lain. Selamat berselancar dengan kekuatan INTUISI.Firasat, ada yang mengatakan sama dengan intuisi ? Permasalahannya adalah bagaimana menggunakan intuisi ini untuk hal yang lebih baik ? Tapi sebelumnya tiada salah bila kita tahu lebih dulu tentang definisi intuisi secara umum bahwa, “Intuisi adalah kekuatan yang dengan cepat menyadari bahwa “sesuatu” itu adalah kasusnya. Hal tersebut dilakukan tanpa intervensi dari berbagai proses yang masuk akal. Tidak ada langkah-langkah induktif atau deduktif yang masuk akal. Tidak ada analisa yang wajar dari situasi tersebut, tidak ada bantuan dari imajinasi. Hanya sekilas dan tiba-tiba muncul. Anda hanya tahu ada yang tidak sesuai.”
Saat tingkat peradaban manusia semakin meningkat dan kebutuhan untuk segera menyelesaikan setiap permasalahan dengan cepat juga semakin besar, maka kekuatan intuisi ini menjadi satu hal yyang tidak boleh diabaikan. Bisa dipastikan bahwa intuisi merupakan sebuah kebutuhan, karena tidak semua persoalan atau masalah dapat dijelaskan dengan logika. Intuisi ini mampu “mengamankan” seseorang dari “kehancuran” dirinya. Boleh dikatakan intuisi ini juga merupakan “alarm” pada diri seseorang yang akan menyelamatkannya dari ketidakberesan.
Sementara hubungan antara intuisi dan emosi , kedua-duanya memiliki sumber yang dekat sekali di kedalaman otak. Mungkin sekali syaraf-syarafnya saling bersilangan. Emosi yang negatif dari ketakutan dan kegelisahan bisa mengekspresikan dan muncul dalam intuisi. Seorang penumpang yang gugup mungkin mempunyai intuisi bahwa penerbangannya ke Paris akan mengalami kecelakaan dan ia pindah pesawat lain. Tingkat keberhasilan dari intuisi kegelisahan ini bisa dikatakan rendah. Emosi yang positif juga bisa menghasilkan intuisi yang diharapkan. Seorang laki-laki dan perempuan yang sedang jatuh cinta bisa memiliki intuisi tentang karakter dari kekasih yang dicintainya, yang berubah menjadi irasional.
Seorang pemikir yang mengandalkan hanya pada intuisi , sebagaimana dilakukan oleh banyak pemikir yang efektif, harus sehat secara fisik dan emosional. Stres dan kelelahan pikiran atau tubuh bisa menyebabkan malapetaka dalam intuisi para pemikir yang memahami dengan cepat situasi yang sebenarnya. Para pendaki gunung menyadari bahwa keputusan yang diambil dalam kondisi lelah sangat tidak berkualitas. Kalau anda lelah, yang terbaik adalah berpikir secara logis apa yang harus dilakukan, dan tidak mengandalkan intuisi anda.
Di antara Area yang mengunakan intuisi untuk pengambilan keputusan, sebagai berikut:
• Corporate Strategy Planning 79,9%
• Human Resources Development 78,6%
• Marketing 76,8%
• Research & Development 71,6%
• Finance 31,1%
• Production & Operation 27,7%
Dari ilustrasi di atas, nampak bahwa untuk aspek yang mudah dikuantifikasi seperti bidang keuangan, produksi dan operasi jarang sekali menggunakan intuisi sebagai landasan membuat keputusan.
Mengambil keputusan berdasar intuisi adalah merupakan ketrampilan yang dapat dipelajari dari pengalaman, yang diperoleh dari proses berpikir, dengan cara mengolah informasi yang akurat dan relevan.
Untuk Anda yang tengah merasakan adanya kekuatan intuisi, maka jadikan ia sebagai energi positif untuk mempertajam mata hati (bashiroh) agar apapun yang dilakukan merupakan sesuatu yang sudah Anda “lihat” terlebih dahulu sebelum orang lain melihatnya, walaupun terkadang tidak mudah untuk dipahami orang lain. Selamat berselancar dengan kekuatan INTUISI.
Firasat, ada yang mengatakan sama dengan intuisi ? Permasalahannya adalah bagaimana menggunakan intuisi ini untuk hal yang lebih baik ? Tapi sebelumnya tiada salah bila kita tahu lebih dulu tentang definisi intuisi secara umum bahwa, “Intuisi adalah kekuatan yang dengan cepat menyadari bahwa “sesuatu” itu adalah kasusnya. Hal tersebut dilakukan tanpa intervensi dari berbagai proses yang masuk akal. Tidak ada langkah-langkah induktif atau deduktif yang masuk akal. Tidak ada analisa yang wajar dari situasi tersebut, tidak ada bantuan dari imajinasi. Hanya sekilas dan tiba-tiba muncul. Anda hanya tahu ada yang tidak sesuai.”
Saat tingkat peradaban manusia semakin meningkat dan kebutuhan untuk segera menyelesaikan setiap permasalahan dengan cepat juga semakin besar, maka kekuatan intuisi ini menjadi satu hal yyang tidak boleh diabaikan. Bisa dipastikan bahwa intuisi merupakan sebuah kebutuhan, karena tidak semua persoalan atau masalah dapat dijelaskan dengan logika. Intuisi ini mampu “mengamankan” seseorang dari “kehancuran” dirinya. Boleh dikatakan intuisi ini juga merupakan “alarm” pada diri seseorang yang akan menyelamatkannya dari ketidakberesan.
Sementara hubungan antara intuisi dan emosi , kedua-duanya memiliki sumber yang dekat sekali di kedalaman otak. Mungkin sekali syaraf-syarafnya saling bersilangan. Emosi yang negatif dari ketakutan dan kegelisahan bisa mengekspresikan dan muncul dalam intuisi. Seorang penumpang yang gugup mungkin mempunyai intuisi bahwa penerbangannya ke Paris akan mengalami kecelakaan dan ia pindah pesawat lain. Tingkat keberhasilan dari intuisi kegelisahan ini bisa dikatakan rendah. Emosi yang positif juga bisa menghasilkan intuisi yang diharapkan. Seorang laki-laki dan perempuan yang sedang jatuh cinta bisa memiliki intuisi tentang karakter dari kekasih yang dicintainya, yang berubah menjadi irasional.
Seorang pemikir yang mengandalkan hanya pada intuisi , sebagaimana dilakukan oleh banyak pemikir yang efektif, harus sehat secara fisik dan emosional. Stres dan kelelahan pikiran atau tubuh bisa menyebabkan malapetaka dalam intuisi para pemikir yang memahami dengan cepat situasi yang sebenarnya. Para pendaki gunung menyadari bahwa keputusan yang diambil dalam kondisi lelah sangat tidak berkualitas. Kalau anda lelah, yang terbaik adalah berpikir secara logis apa yang harus dilakukan, dan tidak mengandalkan intuisi anda.
Di antara Area yang mengunakan intuisi untuk pengambilan keputusan, sebagai berikut:
• Corporate Strategy Planning 79,9%
• Human Resources Development 78,6%
• Marketing 76,8%
• Research & Development 71,6%
• Finance 31,1%
• Production & Operation 27,7%
Dari ilustrasi di atas, nampak bahwa untuk aspek yang mudah dikuantifikasi seperti bidang keuangan, produksi dan operasi jarang sekali menggunakan intuisi sebagai landasan membuat keputusan.
Mengambil keputusan berdasar intuisi adalah merupakan ketrampilan yang dapat dipelajari dari pengalaman, yang diperoleh dari proses berpikir, dengan cara mengolah informasi yang akurat dan relevan.
Untuk Anda yang tengah merasakan adanya kekuatan intuisi, maka jadikan ia sebagai energi positif untuk mempertajam mata hati (bashiroh) agar apapun yang dilakukan merupakan sesuatu yang sudah Anda “lihat” terlebih dahulu sebelum orang lain melihatnya, walaupun terkadang tidak mudah untuk dipahami orang lain. Selamat berselancar dengan kekuatan INTUISI.Firasat, ada yang mengatakan sama dengan intuisi ? Permasalahannya adalah bagaimana menggunakan intuisi ini untuk hal yang lebih baik ? Tapi sebelumnya tiada salah bila kita tahu lebih dulu tentang definisi intuisi secara umum bahwa, “Intuisi adalah kekuatan yang dengan cepat menyadari bahwa “sesuatu” itu adalah kasusnya. Hal tersebut dilakukan tanpa intervensi dari berbagai proses yang masuk akal. Tidak ada langkah-langkah induktif atau deduktif yang masuk akal. Tidak ada analisa yang wajar dari situasi tersebut, tidak ada bantuan dari imajinasi. Hanya sekilas dan tiba-tiba muncul. Anda hanya tahu ada yang tidak sesuai.”
Saat tingkat peradaban manusia semakin meningkat dan kebutuhan untuk segera menyelesaikan setiap permasalahan dengan cepat juga semakin besar, maka kekuatan intuisi ini menjadi satu hal yyang tidak boleh diabaikan. Bisa dipastikan bahwa intuisi merupakan sebuah kebutuhan, karena tidak semua persoalan atau masalah dapat dijelaskan dengan logika. Intuisi ini mampu “mengamankan” seseorang dari “kehancuran” dirinya. Boleh dikatakan intuisi ini juga merupakan “alarm” pada diri seseorang yang akan menyelamatkannya dari ketidakberesan.
Sementara hubungan antara intuisi dan emosi , kedua-duanya memiliki sumber yang dekat sekali di kedalaman otak. Mungkin sekali syaraf-syarafnya saling bersilangan. Emosi yang negatif dari ketakutan dan kegelisahan bisa mengekspresikan dan muncul dalam intuisi. Seorang penumpang yang gugup mungkin mempunyai intuisi bahwa penerbangannya ke Paris akan mengalami kecelakaan dan ia pindah pesawat lain. Tingkat keberhasilan dari intuisi kegelisahan ini bisa dikatakan rendah. Emosi yang positif juga bisa menghasilkan intuisi yang diharapkan. Seorang laki-laki dan perempuan yang sedang jatuh cinta bisa memiliki intuisi tentang karakter dari kekasih yang dicintainya, yang berubah menjadi irasional.
Seorang pemikir yang mengandalkan hanya pada intuisi , sebagaimana dilakukan oleh banyak pemikir yang efektif, harus sehat secara fisik dan emosional. Stres dan kelelahan pikiran atau tubuh bisa menyebabkan malapetaka dalam intuisi para pemikir yang memahami dengan cepat situasi yang sebenarnya. Para pendaki gunung menyadari bahwa keputusan yang diambil dalam kondisi lelah sangat tidak berkualitas. Kalau anda lelah, yang terbaik adalah berpikir secara logis apa yang harus dilakukan, dan tidak mengandalkan intuisi anda.
Di antara Area yang mengunakan intuisi untuk pengambilan keputusan, sebagai berikut:
• Corporate Strategy Planning 79,9%
• Human Resources Development 78,6%
• Marketing 76,8%
• Research & Development 71,6%
• Finance 31,1%
• Production & Operation 27,7%
Dari ilustrasi di atas, nampak bahwa untuk aspek yang mudah dikuantifikasi seperti bidang keuangan, produksi dan operasi jarang sekali menggunakan intuisi sebagai landasan membuat keputusan.
Mengambil keputusan berdasar intuisi adalah merupakan ketrampilan yang dapat dipelajari dari pengalaman, yang diperoleh dari proses berpikir, dengan cara mengolah informasi yang akurat dan relevan.
Untuk Anda yang tengah merasakan adanya kekuatan intuisi, maka jadikan ia sebagai energi positif untuk mempertajam mata hati (bashiroh) agar apapun yang dilakukan merupakan sesuatu yang sudah Anda “lihat” terlebih dahulu sebelum orang lain melihatnya, walaupun terkadang tidak mudah untuk dipahami orang lain. Selamat berselancar dengan kekuatan INTUISI.
Komentar
Posting Komentar